BAB I
PENDAHULUAN
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan
kemudian menjadi orang tua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar
dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus
dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri
tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula
dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan
dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para
orangtua. Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal
bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua hendaknya berkenan menerima remaja
sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orangtua para
remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah
membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si remaja.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak
ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang
berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi
dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat
dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya
dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak
kesalahan.
Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.
I.1 Latar
Belakang
Masa
pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa
ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja.
Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki.
Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya
hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ- organ seksual serta
organ-organ reproduksi remaja.
Di
samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada
fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik
(karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk
pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang
dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai “hero” atau
pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh
pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup
pujaan tersebut.
Selain
itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan
hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan
pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua
sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi.
Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan
kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang
dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang
menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain
selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk
bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan
teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman
karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi,
pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap
sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada
saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan
psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya
dari orang lain.
Masa
pubertas (14 - 16 tahun)
Masa
ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu
menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga
bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini,
emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon
seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada
masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama,
sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama.
Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus
mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang
seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis
mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan
terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya
perkembangan remaja pada tahap ini.
Di
samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik
seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh
perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka
bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu
ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung
dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan
pikirannya sendiri.
Masa
akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada
masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat
menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga
karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung
sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada
remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai
dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah
tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada
periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi
fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang
abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran
mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada
menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti
cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta
sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
I.2
Rumusan masalah
a. Penggertian kenakalan remaja ?
b. Faktor penyebab kenakalan remaja ?
c. Bentuk-bentuk kenakalan remaja ?
d. Cara mengatasi kenakalan remaja ?
I.3 Tujuan penulisan
Tulisan ini
dimaksudkan untuk menyajikan ringkasan beserta pembahasan yang terkait dengan
kenakalan remaja. Sehingga di harapkan kita semua dapat mengetahui kasus-kasus
atau masalah- masalah yang timbul pada usia ramaja. Karena merekalah kelak yang
akan meneruskan perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Kenakalan Remaja
- Kartono,Kenakalan Remajamerupakan gejala adalah”patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
- Santrock,Kenakalan remaja adalah“merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan criminal”.
·
Kenakalan remaja sering disebut juga
dengan Juvenile Delinquency ialah perilaku jahat (dursila) atau kejahatan
anak-anak muda. Anak-anak muda yang jahat itu disebut juga sebagai anak cacat
secara sosial.Juvenile berasal dari bahasa Latin “Juvenilus”,
artinya anak-anak, anak muda,
ciri karakteristik pada masa remaja.Delinquent berasal dari kata Latin “delinquere”
yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas lagi maknanya
menjadi jahat.Mengenal siapa remaja dan apa problema yang dihadapinya adalah
suatu keharusan bagi orang tua. Dengan bekal pengetahuan ini orang tua dapat
membimbing anaknya menataki masa-masa krisis tersebut dengan mulus.
Hal ini sangat dirasakan oleh semua karena di bahu remaja masa kini terletak
tanggung jawab moral sebagai generasi penerus, menggantikan generasi yang ada
saat ini. Mereka inilah yang kelak berperan menjadi SDM yang tangguh dan
berkualitas, menjadi aset nasional dan tumpuan harapabangsa dalam kompetisi
global, yang tentunya kian hiruk pikuk di abad ke XXI.
2.Faktor
penyebab kenakalan remaja
1. Faktor Internal (Dalam)
a. Reaksi frustasi diri
Dengan semakin pesatnya usaha
pembangunan, modernisasi yang berakibat pada banyaknya anak remaja yang tidak
mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu
mengalami banyak kejutan, frustasi, ketegangan batin dan bahkan sampai
kepada gangguan jiwa.
b. Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja
Adanya gangguan pengamatan dan
tanggapan di atas sangat mengganggu daya adaptasi dan perkembangan pribadi anak
yang sehat. Gangguan pengamatan dan tanggapan itu, antara lain : halusinasi,
ilusi dan gambaran semua.
Tanggapan
anak tidak merupakan pencerminan realitas lingkungan yang nyata, tetapi berupa
pengolahan batin yang keliru, sehingga timbul interpretasi dan pengertian
yang salah. Sebabnya ialah semua itu diwarnai harapan yang terlalu muluk,
dan kecemasan yang berlebihan.
c. Gangguan
berfikir dan intelegensi pada diri remaja
Berfikir
mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan adaptasi yang wajar
terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga penting bagi upaya pemecahan
kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak remaja tidak mampu
mengoreksi pekiran-pekirannya yang salah dan tidak sesuai dengan realita yang
ada, maka pikirannya terganggu.
d. Gangguan
perasaan pada anak remaja
Perasaan
memberikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar kecilnya
kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap
harapan, keinginan dan kebutuhan manusia. Jika semua tadi terpuaskan, orang
merasa senang dan bahagia.
Gangguan-gangguan fungsi perasaan
itu antara lain :
1) Inkontinensi emosional
ialah tidak terkendalinya perasaan yang meledak-ledak, tidak bisa dikekang.
2) Labilitas
emosional ialah suasana hati yang terus menerus berganti-ganti dan tidak tetap.
Sehingga anak remaja akan cepat marah, gelisah, tidak tenang dan sebagainya.
3) Ketidak
pekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan oleh sejak kecil anak tidak pernah
diperkenalkan dengan kasih sayang, kelembutan, kebaikan dan perhatian.
4) Kecemasan
merupakan bentuk “ketakutan” pada hal-hal yang tidak jelas, tidak riil, dan
dirasakan sebagai ancaman yang tidak bisa dihindari.
2.
Faktor Eksternal (Luar)
Selain faktor dari dalam ada juga
faktor yang datang dari luar anak tersebut, antara lain :
a. Keluarga
Tidak diragukan bahwa keluarga
memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa
depannya. Mayoritas remaja yang
terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari
keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis di mana pertengkaran
ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja. Bapak yang otoriter, pemabuk,
suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam
atri kata tidak tegas menghadapi remaja, kemiskinan yang membelit keluarga,
kurangnya nilai-nilai agama yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang
mendorong remaja melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.
Struktur keluarga anak nakal pada umumnya
menunjukkan beberapa kelemahan/cacat di pihak ibu, antara lain ialah sebagai
berikut:
1)
Ibu ini tidak hangat, tidak mencintai anak-anaknya, bahkan sering membenci dan
menolak anak laki-lakinya, sama sekali tidak acuh terhadap kebutuhan anaknya.
2) Ibu kurang mempunyai kesadaran mengenai fungsi
kewanitaan dan keibuannya; mereka lebih banyak memiliki sifat ke
jantan-jantanan.
3)
Reaksi terhadap kehidupan anak-anaknya tidak adekuat, tidak cocok, tidak
harmonis. Mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhan anak-anaknya, baik yang
fisik maupun yang psikis sifatnya.
4)
Kehidupan perasaan ibu-ibu tadi tidak mantap, tidak konsisten, sangat mudah
berubah dalam pendiriannya, tidak pernah konsekuen., dan tidak bertanggung
jawab secara moral.
Beberapa
kelemahan di pihak ayah yang mengakibatkan anaknya menjadi nakal mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Mereka menolak anak laki-lakinya.
2)
Ayah-ayah tadi hampir selalu absen atau tidak pernah ada di tengah keluarganya tidak
perduli, dan sewenang-wenang terhadap anak dan istrinya.
3) Mereka pada umumnya alkoholik, dan
mempunyai prestasi kriminalitas, sehingga menyebarkan perasaan tidak aman
(insekuritas) kepada anak dan istrinya.
4) Ayah-ayah ini selalu gagal dalam
memberikan supervisi dan tuntunan moral kepada anak laki-lakinya.
5)
Mereka mendidik anaknya dengan disiplin yang terlalu ketat dan keras atau
dengan disiplin yang tidak teratur, tidak konsisten.
Selain itu, ada juga beberapa faktor
yang datang dari keluarga, antara lain :
1)
Rumah tangga berantakan. Bila
rumah tangga terus menerus dipenuhi konflik yang serius, menjadi retak, dan
akhirnya mengalami perceraian, maka mulailah serentetan kesulitan bagi semua
anggota keluarga, terutama anak-anak. Pecahlah harmonis dalam keluarga, dan
anak menjadi sangat bingung, dan merasakan ketidakpastian emosional. Dengan
rasa cemas, marah dan risau anak mengikuti pertengkaran antara ayah dengan ibu.
Mereka tidak tahu harus memihak kepada siapa. Batin anak menjadi sangat
tertekan, sangat menderita, dan merasa malu akibat ulah orang tua mereka. Ada
perasaan ikut bersalah dan berdosa, serta merasa malu terhadap lingkungan.
2)
Perlindungan-lebih dari orang tua. Bila orang tua terlalu banyak melindungi dan
memanjakan anak-anaknya, dan menghindarkan mereka dari berbagai kesulitan atau
ujian hidup yang kecil, anak-anak pasti menjadi rapuh dan tidak akan pernah
sanggup belajar mandiri. Mereka akan selalu bergantung pada bantuan - orang
tua, merasa cemas dan bimbang ragu selalu; aspirasi dan harga-dirinya tidak
bisa tumbuh berkembang. Kepercayaan dirinya menjadi hilang.
3)
Penolakan orang tua. Ada
pasangan suami-istri yang tidak pernah
bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu. Mereka ingin terus
melanjutkan kebiasaan hidup yang lama, bersenang-senang sendiri seperti sebelum
kawin. Mereka tidak mau memikirkan konsekuensi dan tanggung jawab selaku orang
dewasa dan orang tua. Anak-anaknya sendiri ditolak, dianggap sebagai beban,
sebagai hambatan dalam meniti karir mereka. Anak mereka anggap cuma
menghalang-halangi kebebasan bahkan cuma merepotkan saja.
4)
Pengaruh buruk dari orang tua. Tingkah-laku kriminal, a-susila (suka main
perempuan, korup, senang berjudi, sering mabuk-mabukan, kebiasaan minum dan
menghisap rokok berganja, bertingkah sewenang-wenang, dan sebagainya) dari
orang tua atau salah seorang anggota keluarga bisa memberikan pengaruh menular
atau infeksius kepada anak. Anak jadi ikut-ikutan kriminal dan a-susila, atau
menjadi anti-sosial. Dengan begitu kebiasaan buruk orang tua mengkondisionir
tingkah-laku dan sikap hidup anak-anaknya.
b. Lingkungan
Sekolah yang Tidak Menguntungkan
Sekolah kita sampai waktu sekarang
masih banyak berfungsi sebagai "sekolah dengar" daripada
memberikan kesempatan luas untuk membangun aktivitas, kreativitas dan
inventivitas anak. Dengan demikian sekolah tidak membangun dinamisme anak, dan
tidak merangsang kegairahan belajar anak.Selanjutnya, berjam-jam lamanya setiap
hari anak-anak harus melakukan kegiatan yang tertekan, duduk, dan pasif
mendengarkan, sehingga mereka menjadi jemu, jengkel dan apatis.Di kelas,
anak-anak-terutama para remajanya sering mengalami frustasi dan tekanan batin,
merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh peraturan yang "tidak adil".
Di satu pihak pada dirinya anak ada dorongan naluriah untuk bergiat, aktif
dinamis, banyak bergerak dan berbuat; tetapi di pihak lain anak dikekang
ketat oleh disiplin mati di sekolah serta sistem regimentasi dan sistem
sekolah-dengar.
Ada pula guru yang kurang simpatik,
sedikit memiliki dedikasi pada profesi, dan tidak menguasai didaktik-metodik
mengajar. Tidak jarang profesi guru/dosen dikomersialkan, dan pengajar
hanya berkepentingan dengan pengoperan materi ajaran belaka. Perkembangan
kepribadian anak sama sekali tidak diperhatikan oleh guru, sebab mereka lebih
berkepentingan dengan masalah mengajar atau mengoperkan informasi belaka.
c. Media elektronik
Tv, video, film dan sebagainya
nampaknya ikut berperan merusak mental remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang
sibuk menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang
tak ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan yang pernah dilakukan di Amerika
menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak
buruk pada tingkah laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih
terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan
teman-temannya yang jarang menonton film sejenis. Polisi Amerika menyebutkan
bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah ditangani polisi ternyata dilakukan
oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan film yang ditontonnya. Ternyata
anak meniru dan mengindentifikasi film-film yang ditontonnya.
d. Pengaruh
pergaulan
Di usia remaja, anak mulai meluaskan
pergaulan sosialnya dengan teman-tema sebayanya. Remaja mulai betah berbicara
berjam jam melalui telefon. Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film,
tv atau membicarakan cowok/ cewek yang ditaksir dsb.
Hubungan sosial di masa remaja ini
dinilai positif karena bisa mengembangkan orientasi remaja memperluas visi
pandang dan wawasan serta menambah informasi, bahkan dari hubungan sosial ini
remaja menyerap nilai-nilai sosial yang ada di sekelilingnya. Semua faktor ini
menjadi penyokong dalam pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa percaya
diri karena pengaruh pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka
hubungan remaja dengan teman sebayanya menentukan kualitas remaja itu. Kalau
ini disadari oleh remaja, maka dengan sadar remaja akan menyeleksi teman
pergaulannya.
3.Bentuk-bentuk kenakalan remaja.
Bentuk kenakalan dalam perumusan tersebut dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu:
1. Kenakalan yang tergolong pelanggaran
atau kejahatan yang telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
atau undang-undang lainnya.
2. Kenakalan yang tergolong pelanggaran
norma sosial dan norma-norma lainnya, tetapi yang belum/ tidak diatur dalam
KUHP atau undang-undang lainnya, atau tingkah laku/ perbuatan anak-anak yang
cukup menyulitkan atau cukup tidak dimengerti orangtua maupun masyarakat pada
umumnya.
Perbuatan-perbuatan tersebut antara lain :
a).
Ngebut, yaitu mengendarai
kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan,
sehingga dapat mngganggu bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.
b).
Peredaran pornografi di
kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar cabul atau tidak senonoh,
majalah dancerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai perdaran
obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang
elektronik (missal internet dan handphone) dan sebagainya.
c).
Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan
terhadap barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat
corat-coret yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan
sebagainya.
d).
Membentuk kelompok atau gang
dengan ciri-ciri dan tindakan yang acakan,
blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang mengarah pada
perbuatan anarkis.
e).
Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai
dengan keadaan lingkungan, missal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian
yang serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang
sopan di mata lingkunganya.
f).
Mengganggu/mengejek orang-orang yang
melintas di depanya, jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya membuat
gara-gara untuk dikerjain.suka menentang orangtua/ guru.
g).
free seks
Kita
telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka
tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama.
"Banyak teman maka banyak pengetahuan".
Namun
tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan.
Mungkin
mereka suka hura-hura, suka dengan yang
berbau
pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji.
benar agar kita
tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja
merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia
yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan diri remaja itu sendiri.
Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya
rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam
berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.Seiring dengan bertambahnya usia
seseorang, organ reproduksipun mengalami
perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.
Kematangan
organ reproduksi dan perkembangan psikologis
remaja yang
mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun
nonelektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja
tersebut.
Salah
satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan
organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja
diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia
sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua
pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada
siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan
sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah.
Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan
cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika
karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.Kehamilan remaja
adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah.Karena masalah kehamilan
remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga
mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani
sumber-sumber kesejahteraan. Namun,alasan-alasannya tidak sepenuhnya
dimengerti.
Beberapa
sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana,
perbedaan budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan
remaja akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan
keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan
pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga
banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS Data
dan Fakta HIV/AIDS Dilihat dari jumlah pengidap dan peningkatan jumlahnya dari
waktu ke waktu, maka dewasa ini HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome) sudah dapat dianggap sebagai ancaman hidup bagi
masyarakat Indonesia. Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan sampai Juni 2003
jumlah pengidap HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS) di
Indonesia adalah 3.647 orang terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS
1.088 orang. Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15 - 19 berjumlah 151 orang
(4,14%); 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%). Ini berarti bahwa jumlah terbanyak
penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda. Dari data tersebut, dilaporkan
yang sudah meninggal karena AIDS secara umum adalah 394 orang (Subdit PMS &
AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes R.I.). Diperkirakan setiap hari ada 8.219
orang di dunia yang meninggal karena AIDS, sedangkan di kawasan Asia Pacific
mencapai angka1.192orang. Data dan fakta tersebut belum mencerminkan keadaan
yang sebenarnya, melainkan hanya merupakan "puncak gunung es",
artinya, yang kelihatan atau dilaporkan hanya sedikit, sementara yang tidak
kelihatan atau tidak dilaporkan jumlahnya berkali-kali lipat. Para ahli
memperkirakan bahwa jumlah sebenarnya bisa 100 kali lipat.
4.Cara mengatasi kenakalan remaja
- Perlunya
kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya:
kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan
apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita
sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus
ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
- Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda
umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia
bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya
hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin
seharusnya belum perlu dia jalani.
- Pengawasan
yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio,
handphone, dll.
- Perlunya
bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak
menghabiskan waktunya selain di rumah.
- Perlunya
pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan
mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
- Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih
positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia
mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan
melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
-
Anda sebagai orang tua harus menjadi
tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia
ketika ia sedang menghadapi masalah.
-
orangtua hendaknya juga memberikan
kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si
remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun
mengada-ada. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat
mengurangi waktu anak ‘kluyuran’ tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak
mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga.
-
Dilatih untuk disiplin serta mampu
memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu,
berilah pengarahan kepada mereka tentang batasan teman yang baik.
- Ketika
anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja,
anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu
memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak
memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata
karena kesenangan orang tua.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan :
·
Sebagai orang tua harus selalu berhati-hati akan gejolak
yang ditimbulkan oleh pergaulan anaknya.
·
Kenakalan remaja merupakan masalah bagi semua pihak.
·
Pentingnya ilmu agama untuk menghindarkan remaja dari
tindakan-tindakan yang dapat merusak moral bangsa.
·
Factor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja perlu di
perhatikan jika belum sesuai maka,inilah saatnya untuk merubah semua itu,tidak
ada kata terlambat untuk suatu hal yang akan mendatangkan kebaikan.
B.Saran
·
Bagi orang tua didiklah anak dengan
sebaik-baiknya,ajarkanlah pengetahuan agama sejak masa kanak-kanak.
·
Bagi sekolah dan guru pantaulah setiap perubahan yang
terjadi pada diri anak didik.baik sikap maupun tingkahlaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar